Raja Nebukadnezar (Nebuchadnezzar), seorang pemimpin dari Kasdim, kakaisaran yang juga dikenal sebagai Neo Babilonia, dan tercatat sebagai penjahat besar dalam Alkitab melalui militer tiada banding serta kekuatan politik tak terkalahkan selama 70 tahun.
Sebuah catatan Gregory Elder, seorang professor of History and Humanities at Riverside Community College, untuk mengenal lebih dekat tentang kepemimpinan Raja Nebukadnezar.
Siapakah Raja Nebukadnezar?
Raja Nebukadnezar
lahir sekitar tahun 630 SM dan meninggal diusia 68 tahun sekitar 562
SM. Raja Nebukadnezar, pemimpin yang paling kuat di dinasti Babilonia
dan terkenal karena kemegahan ibukotanya, ahli politik, kekuatan militer
yang hebat, perannya sebagai ‘penjahat terbesar’ dalam sejarah Alkitab,
dan ramalan mimpi yang mengejutkan.
Raja Nebukadnezar adalah anak tertua
dari Nabopolassar yang sekaligus sebagai pendiri Kekaisaran Kasdim.
Setelah menjabat sebagai pemimpin militer, Nebukadnezar menjadi raja
setelah kematian ayahnya pada bulan Agustus 605 SM. Dengan menikahi
putri Cyaxares, Raja Nebukadnezar menyatukan dinasti Median dan Babilonia.
Masa pemerintahan Raja Nebukadnezar,
Babilon merupakan kota terbesar di dunia. Diperkirakan luas Babilon
mencakup lebih dari 1,000 atau 2,500 hektar, dengan Sungai Efrat
mengalir melewatinya. Puing-puing itu masih bisa ditemukan disekitar
negara Irak saat ini.
Raja Nebukadnezar lebih dikenal
pelajar Alkitab dalam menaklukkan kerajaan selatan Yehuda, sebuah
kerajaan bagian utara Israel yang sudah hilang dan dideportasi lebih
dari satu abad sebelumnya oleh orang Asyur. Tahun 586 SM, pasukan
Babilonia menguasai tanah, menghancurkan kota Yerusalem, menjarah dan
membakar Kuil asli yang dibangun oleh Sulaiman, dan menangkap beberapa
orang sebagai tahanan Babilonia.
Raja Nebukadnezar diriwayatkan dalam pembangunan Taman Gantung Babilonia
untuk Amytis (istrinya) yang mengingatkan Amytis tentang tanah
kelahiran di Median, Persia. Dia juga tercatat dalam pembangunan Gerbang Ishtar, salah satu dari delapan gerbang menuju kota Babilonia.
Kekuatan Raja Nebukadnezar Di Timur Tengah
Sebagai seorang pangeran, Nebukadnezar
berjuang dalam perang ayahnya dan memenangkan kemenangan dan menentukan
atas nasib bangsa Asyur dan Mesir. Dua kemenangan pertempuran membuatnya
menjadi ‘orang besar’ pada zaman itu. Sedangkan di Tanah Suci, ayahnya
meninggal dan Nebukadnezar menyeberangi gurun untuk mengambil tahta yang
menyatakan diri sebagai Raja di Babilonia pada 6 September tahun 605
SM. Fakta ini seharusnya menjadi bukti bagi kota-kota di Levant untuk
menghormati Raja Nebukadnezar,
tapi hal ini tidak terjadi. Damaskus, Tirus dan Sidon dibawah
pemerintahannya, seperti yang dilakukan Raja Yehuda, Jehoiakim
(Yoyakim). Ketika Raja Ashkelon menolak berada dibawah pemerintahan Raja Nebukadnezar, maka dengan segera Raja Ashkelon dihabisi.
Namun di balik loyalitas pergeseran raja
Timur Tengah tetap mempertanyakan tentang kesetiaan kepada Tuhan bangsa
Ibrani. Raja Jehoiakim mungkin telah meninggalkan Tuhan, menunjukkan
dirinya telah menyembah berhala. Menikah, perjanjian politik dan
transaksi bisnis, semua disegel dengan pihak yang menghormati Dewa-dewa
lain. Tetapi untuk para pengikut Tuhan bangsa Israel, hal ini tidak
dapat diterima. Ini sebuah toleransi paganisme yang dilakukan raja-raja
Yehuda dan Israel memiliki kebijakan didalam Alkitab Ibrani.
Ketika Raja Jehoiakim menarik loyalitas
politiknya dari Babilonia selama tiga tahun, militer Babilonia mengepung
kota dan raja Ibrani meninggal. Jehoiachin, seorang putra Raja berusia
18-tahun yang memerintah Israel selama tiga bulan. Raja muda dan
bijaksana memilih untuk menyerah, dan dibawa ke pengasingan beserta
jarahan militer Babilonia. Pamannya, raja tua saudara Zedekia,
ditempatkan di atas takhta sebagai boneka Ibrani dibawah pemerintahan
Babilonia. Beberapa tahun kemudian, ketika beberapa raja-raja kecil
memberontak terhadap Babilonia, Raja Zedekia mendukung mereka terhadap
saran yang kuat dari nabi Yeremia. Pada tahun 587 SM, Raja Nebukadnezar
kembali ke kota Yerusalem untuk terakhir kalinya.
Pemberontakan Kerajaan Kecil Terhadap Kepemimpinan Raja Nebukadnezar
Hari-hari terakhir Raja Zedekiah di kerajaan Yehuda (Judah) sebagai raja terakhir yang memerintah kota Yerusalem
(ketika raja Babilonia mengepung kota dan siap menempatkan penduduk
kota di ujung pedangnya), Raja Zedekiah telah memutuskan untuk tidak
tunduk kepada Raja Nebukadnezar,
membentuk aliansi dengan raja-raja kecil dalam melawan Babilonia. Waktu
itu Raja Zedekia berpikir bahwa hal tersebut masuk akal dalam melawan
kekuatan militer Babilonia, tapi membawanya pada kematian.
Raja Zedekiah berusaha melarikan diri dari pengepungan dan ditawan. Zedekiah melihat anak-anaknya dibantai di depan mata, matanya sendiri kemudian dibakar dengan besi panas merah dan dia dibawa pergi dalam keadaan dirantai, di penjara pengasingan.
Murka Raja Nebukadnezar di kota Yerusalem sangat menghancurkan. Kota Yerusalem
diserang dan dihukum melalui pedang dengan ‘pembantaian’ yang
mengerikan. Kuil kuno Sulaiman dijarah dan dibakar, semua orang di kota
Yerusalem dan daerah sekitarnya yang bernilai ekonomi (seperti tukang
batu, pengrajin, musisi, dan terdidik) berbaris menuju ke pengasingan
pada tahun 587 SM. Sebuah deportasi umum yang dilakukan Raja Nebukadnezar , mengambil siapa saja yang mungkin memiliki nilai sebagai budak, mungkin bekisar lebih dari 500 orang. sumber
No comments:
Post a Comment