Beginilah kerasnya gambaran sikap
pemimpin Zionis soal klaim terhadap Yerusalem. Perdana Menteri Israel
benjamin netanyahu menegaskan kota suci bagi tiga agama ini sudah
menjadi tempat tinggal bangsa Yahudi sejak tiga ribu tahun silam.
“Tembok Ratapan (Yerusalem Timur) bukan
daerah jajahan dan saya tidak peduli apa kata Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) mengenai hal itu,” kata Netanyahu dalam wawancara dengan tiga
stasiun televisi Israel menjelang pemilihan umum Januari tahun depan.
Komentarnya itu merujuk pada keputusannya mengabulkan rencana
pembangunan ribuan rumah bagi pemukim Yahudi di E1 daerah tak bertuan
terletak antara blok permukiman Maalih Adumim dan Yerusalem.
Menurut pemimpin Partai Likud ini, sejak
mereka menguasai Yerusalem selepas Perang Enam hari 1967, pembangunan
permukiman buat kaum Yahudi sudah berlangsung walau ada kecaman PBB.
“Tembok Ratapan akan selalu menjadi milik Israel,” dia menegaskan,
seperti dilansir surat kabar Israel Hayom.
Sejumlah pihak menuding keputusan
Netanyahu menyokong pembangunan ribuan rumah itu sebagai serangan
balasan atas kemenangan Palestina bulan lalu. Sebanyak 138 dari 195
negara anggota PBB dalam sidang Majelis Umum menyetujui permohonan
Presiden Otoritas Palestina Mahmud Rida Abbas untuk menjadikan Palestina
sebagai negara non-anggota.
Namun politisi dari kelompok oposisi,
seperti mantan ketua Partai Kadima Tzipi Livni, menuding Netanyahu hanya
ingin meraup lebih banyak suara dari kelompok religius dan
ultrakonservatif menjelang pemilihan nanti. Semua jajak pendapat
menunjukkan Netanyahu bakal terpilih lagi.
Sejatinya, semua itu tidak ada hubungan.
Israel memang mengklaim Yerusalem, termasuk Yerusalem Timur sebagai ibu
kota abadi mereka dan tidak bisa dibagi dua dengan Palestina. Isu ini
pula yang membuat hubungan netanyahu dan Presiden Amerika Serikat Barack
Hussein Obama memanas tiga tahun lalu. Masalah ini pula yang mengganjal
upaya Obama buat menggelar kembali perundingan damai antara Abbas dan
Netanyahu.
Kali ini, Abbas bersuara lebih keras. Dia
menegaskan keputusan itu bakal membuat proses perdamaian mati. “Jika
ini dilanjutkan, tidak pilihan selain membubarkan Otoritas (Palestina)
dan menyerahkan tanggung jawab soal Palestina kembali kepada Israel.”
Sejatinya, pembangunan permukiman di
seluruh Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur melanggar hukum
internasional. Sebab, sesuai resolusi PBB, Yerusalem masih berada di
bawah wewenang PBB.
Namun, kenyataan di lapangan, Israel
telah menguasai sepenuhnya Yerusalem Barat dan Timur. Sejak Knesset
(parlemen Israel) mengesahkan Hukum Dasar Yerusalem pada September 1980,
seluruh kantor pemerintah, termasuk istana presiden dan kediaman
perdana menteri, dipindah dari Tel Aviv ke Yerusalem Barat, hanya kantor
kedutaan besar asing saja belum pindah ke sana.
Untuk masuk ke Yerusalem pun, warga
negara asing mesti mengurus visa Israel. Negara Bintang Daud ini juga
membatasi pergerakan rakyat palestina di yerusalem, termasuk memperketat
pengamanan bagi orang mau salat di Masjid Al-Aqsha.
Buat menyokong klaim politik atas
Yerusalem, Israel terus berupaya mengenyahkan dominasi warga Palestina
di Yerusalem Timur. Sejumlah organisasi pro-Zionis, seperti Dana Bangsa
Yahudi (JNF), menyokong gerakan membeli paksa tanah dan rumah milik
warga Palestina di Yerusalem Timur. Orang Palestina juga dibuat tidak
betah dengan pelbagai tindakan diskriminatif.
Sejak negara Israel berdiri hingga 1967,
yerusalem sudah terbelah: Yerusalem Barat buat kaum Yahudi dan Yerusalem
Timur didominasi orang Palestina. Tapi kini, 45 tahun kemudian,
situasinya jauh berbeda. Seluruh Yerusalem sudah dalam sekapan Israel.
No comments:
Post a Comment